Kamis, 04 Maret 2010

TANAH PASUNDAN DI BALI

Ternyata masyarakat Sunda juga eksis di Bali. Setiap masyarakat selama hidup dan perkembangannya selalu mengalami perubahan, baik dari segi nilai-nilai sosial, pola-pola kelakuan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya. Demikian halnya dengan masyarakat Sunda, yang sepanjang perjalanan sejarahnya dari dulu hingga sekarang mengalami berbagai perubahan. Salah satu akar kehidupan orang Sunda yang tampaknya dianggap tidak pernah mengalami perubahan ialah pandangan hidupnya.

Pandangan hidup bagi orang Sunda adalah “konsep yang dimiliki seseorang atau golongan dalam suatu masyarakat yang bermaksud menanggapi dan menerangkan segala masalah hidup di dalam dunia ini”. Sedangkan pengertian orang Sunda dapat diartikan, mereka yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orang Sunda. Orang lain itu, baik orang-orang Sunda sendiri maupun orang-orang yang bukan Sunda (Warnaen, dalam Suryani, 1988).

Pamanahan Mini Karnival bentuk kegiatan Paguyuban Mahasiswa Tanah Pasundan di Bali, yang merupakan agenda dari program kerja Pamanahan Periode 2008-2009 yang diselenggarakan Sabtu, 13 Februari 2010 kemarin bertempat di Panggung Terbuka Ksirarnawa, Art Center Denpasar.

Rundown Pamanahan Mini Carnival ini, berlangsung dari pukul 17:00 sampai 22:30 (WITA). Dengan menghadirkan Kang Acil Bimbo sebagai Bintang Tamu. Pembawa acara Kang Galung, Bunda Sonia, dan Kang Ihsan. Pejabat disambut dengan penampilan Tari Merak yang dibawakan oleh SMAN 2 Denpasar dan Bima, dilanjutkan dengan menampilkan Band Daerah (IMAPA, IMSU, PAMANAHAN, dan RAJUT). Selanjutnya penyerahan potongan tumpeng kepada pejabat. Pembacaan Babad Siliwangi diiringi obor perwakilan Paguyuban Sunda di Bali, karaoke lagu Sundas, dan Kesenian Daerah Sunda juga ditampilkan dalam acara ini.

Kolaborasi Tari Nusantara yaitu Tari Perang (IMAPALA), Tari Tor-Tor Hatasopisik (IMSU), Tari Piring (Sanggar Rantiang Jati IKMS), Tari Taman Sari (SMAN 2 Denpasar), dan Tari Jaipong Bajidor Kahot (Teh Puri) mengisi hiburan acara ini. Sedangkan, bagi penonton yang merasa lapar tidak perlu khawatir, karena di samping panggung sudah disediakan Bazzar Kuliner Sunda,cukup dengan membeli kupon seharga Rp. 5.000; di stand pembelian sudah bisa menikmati jajanan yang dijual masyarakat Sunda.
Senang sekali menyaksikan penampilan Kolaborasi Tari Nusantara dari Sunda, Papua, Bali, Batak, dan Minang. Serasa berkunjung kelima Suku tersebut. Pengalaman baik, yang ditampilkan oleh masyarakat Sunda yang hadir dan mengisi acara ini, menjadi pengetahuan baru bagi penulis.

Terselenggaranya Pamanahan Mini Karnival ini, memperjelas solitnya komunikasi orang-orang Sunda yang merantau di Bali. Hal ini, menjadi bukti nyata eratnya pegangan masyarakat Sunda pada Pandangan Hidup yang menjadi prisipnya.
*Penulis : Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi-FKIP-UMM
(Tim Pemagangan UMM di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Bali)

Kamis, 28 Januari 2010

SOSIALISASI PERSIAPAN PENILAIAN SEKOLAH ADIWIYATA (SA) DI SDN 4 PANJER DENPASAR-BALI

Sosialisasi persiapan penilaian di SDN 4 Panjer (Kamis, 21 Januari 2010) ini, dihadiri oleh BLH, PPLH Denpasar, Kepala Desa Panjer, Komite Sekolah, dan Dewan Guru SDN 4 Panjer yang juga dihadiri oleh Kepala Sekolah-nya yang sudah pension tahun ini. Kegiatan ini berlangsung dari jam 09.30-12.30 (WITA)
Lingkungan hidup adalah masalah yang sangat mendasar. Kita boleh sukses dalam segala aspek di kehidupan ini. Namun, aspek ekonomi dan industri yang ada akan bertolak ukur dengan lingkungan, sehingga menghasilkan kontradiksi yang mengakibatkan kehancuran, bila lambat dalam melakukan terapi dan pengobatan lingkungan yang sedang sakit. Eksistensi alam semesta akan terwujud, bila tercipta keseimbangan yin-yang, yang meliputi alam, manusia, hewan, kehidupan (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama, dan pertahanan keamanan). Penyebab utama dari permasalahan ini, adalah manusia sebagai OS (obyek-subyek) yang membuthkan dan memanfaatkan sains dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dan kerakusak egonya, Jelas Wakil BPL yang dating pada acara tersebut. Rendahnya kesadaraan, sementara keinginan yang berbuah kerakusan menyebabkan terjadinya komplikasi penyakit alam semesta, jelas Bapak BLH yang mengahadiri acara tersebut.
Dalam sambutannya, Perwakilan BLH Denpasar Bali, menjelaskan latar terbentuknya Sekolah Adiwiyata (SA). Beliau mengatakan bahwa, SA merupakan suatu program kolaborasi antara 4 kementrian Ngera Republik Indonesia (Menteri Pendidikan, Menteri Agama, Menteri Lingkungan Hidup. Dan Menteri Luar Negeri). Keempat kementrian tersebut, memiliki peran yang berbeda-beda, yaitu : Menteri dalam negeri sebagai pemegang kebijakan Negara RI, Mentri Agama bagaiaman mewujudkan pola sikap anak didik sesuai dengan implementasi nilai-nilai agama itu sendiri, Menteri Pendidikan berperan sebagai transfer ilmu pengetahuan bagi siswa sebagai obyek penerima yang bukan tong kosong, sehingga mereka bingung hal mana dari rentetan pengetahuan pemberian gurunya yang harus diterapkannya. Sehingga, pendidikan harus diatur lebih baik lagi agar tercipta peserta didik yang mau dan mampu mengimplementasikan teori dan konsep dari setiap materi dari Bidang Mata Pelajaran yang ada terintegrasi dari lingkungan hidup di sekitarnya.
Pemerintah melakukan pemotongan sebagai alternatif usaha untuk meminimalisir dampak yang mungkin terjadi, bila hal di atas terus berkembang dan membumingkan alam semesta, sehingga hokum alam tak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Upaya tersebut adalah dengan mewujudkan Sekolah Adiwiyata, yaitu sekolah yang merangkul lingkungan untuk mencoba untuk menemukan ilmu pengetahuan (teori & konsep) dari lingkungan hidup yang mengelilingi perjalanan kita. Tak jarang lingkungan membuat manusia sebagai pengrusaknya lalu-lalang karena alam tak lagi bersahabat baik dengan manusia.
Pak BLP juga menerangkan, bahwa program SA diluncurkan tahun 2006. Namun, Bali baru tahun 2007 mengirimkan 8 sekolah (SD 4 Panjer, SMAN MAN Denpasar, SMPN 4 Denpasar, SMAN 5 Denpasar, SMAN 6 Denpasar, dan SMPN 1 Denpasar) untuk berpartisipasi dalam program ini. SA bertujuan untuk mewujudkan anak-anak yang mampu memahami dan mengimplementasikan apa yang ditransformasi oleh pendidik. Sehingga, mereka memahami dan melaksanakan kegiatan perawatan lingkungan dengan baik yang menyebabkan manusia kembali bias menjadi manusia sosial yang tak melihat sesuatu hanya dari aspek keuntungan dan uang saja. Ditegaskan oleh Pak BPL, bahwa SA harus bertahan empat tahu, baru kemudia akan maju menjadi SAM (Sekolah Adiwiyata Mandiri) yang tak lagi diikutkan pada program lomba. Namun, lebih ditujukan kepada transfer pengaruh dan penjangkitan sekolah lain, agar mau menjadi SAM.
Program SA terbagi atas empat pokok evaluasi, yaitu (1) pengembangan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan (ada 8); (2) pengembangan kurikulum berbasis lingkungan (ada 4); (3) pengembangan kegiatan berbasis partisipasif (ada 4); dan (4) pengembangan pengelolaan sarana-prasarana pendukung sekolah (ada 6) yang pembagian dari keempat norma dasar yang ada, dijadikan sebagai indikator penilaian dari SA itu sendiri, sehingga dapat menjadi SAM, demikian Catur menutup materi dalam acara ini. Acara diakhiri dengan makan bersama.

(j4kf4r_Tim Pemagangan Bio.UMM’10 di PPLH-Bali)

PERSIAPKAN PENILAIAN SEKOLAH ADIWIYATA (SA) LEBIH DINI

Sekolah Menengah Atas (SMA) 6 Denpasar masuk sebagai calon Sekolah Adiwiyata sejak tahun 2009 kemarin. Untuk bisa menjadi sekolah Adiwiyata yang mendapatkan restu Menteri Lingkungan Hidup, maka beberapa rentetan persiapan harus dilakukan. Salah satu kegiatan yang baru saja dilaksanakan, 19 Januari Ruang 3 IPA XI SMA 6 Denpasar yang menghadirkan BPL, PPLH Sanur-Denpasar, dan Kepala Desa Sanur sebagai pemateri dan dihadiri oleh Komite Sekolah dan segenap Dewan Guru.
Empar Norma Dasar SA, yang berupa visi-misi sekolah, kebijakan kurikulum sekolah, partisipasi komponen masyarakat, dan kebijakan tentang sarana-prasarana sekolah yang semuanya itu, harus dapat berpartisipan dan Sekolah Adiwiyata ini berkelanjutan, artinya tidak dapat diwujudkan dengan bim-salabib (aba-kadabra). Namun, dibutuhkan komitmen, kerja keras, dan koneksi yang baik antar keempat norma dasar yang merupakan syarat untuk dapat mewujudkan impian Sekolah Adiwiyata tersebut demikian tegas Bu Catur Direktur PPLH Sanur-Denpasar-Bali pada saat mengisi acara ini.
Catur melanjutkan isi materinya, bahwa sekolah sendiri sebagai lembaga pemegang kendali atas pelaksanaan SA ini, harus membentuk kepanitiaan, meliputi panitia persiapan profil sekolah, persiapan kurikulum, persiapan Sumber Daya Manusia (SDA) sekolah, dan persiapan sarana-prasarana, namun semua itu tidak pernah terlepas dari koneksi yang akan membangun pondasi kerja sama yang kokoh. Sehingga, warga yang dipegang penuh oleh Kepala Sekolah juga dilibatkan untuk bersama mewujudkan mimpi indah ini.
Kehadiran PPLH pada kegiatan ini adalah sebagai fasilitator atau jembatan penghubung ide dan implementasi SA. SA bukan hanya sekedar perlombaan, yang memperhatikan luasnya lahan dan kesuburan vegetasi (tumbuhan) yang ditanam. Tetapi, lebih ke sikap dan perilaku pelajar (peserta didik/siswa) sebagai obyek yang menimbah ilmu di SA ini, mampu mengaplikasikan impian SA dalam dunia nyata. Sehingga, kerusakan yang terjadi pada lingkungan tempat kita menghirup udara, bercocok tanam, minum air, dan aktivitas keseharian lainnya bisa tetap eksis kalaupun terjadi kendala. Bagaimana kendala yang ada, dapat diminimalisir yang pada tahapnya nanti bisa terhapuskan (hilang) berubah menjadi pelita hidup yang memberikan aura baru bagi kehidupan Nusantara khususnya Sanur dan Indonesia pada umumnya.
Kepala Desa-Sanur-Denpasar yang juga hadir dalam acara ini. Menceritakan bagaimana saat beliau berkunjung ke luar negeri dan mencoba melihat fenomena yang ditemukan di Sanur khususnya, yaitu tentang bagaimana ketika beliau diajak oleh seorang asing untuk mampir ke rumahnya. Ternyata sesampainya di rumah si orang Asing tersebut. Beliau tidak disuguhkan secangkir teh, kopi, sirup (drink). Tapi, malah ditunjukkan bagian dan segala fasilitas yang ada di rumah si Asing lengkap dengan cara penggunaannya, bila itu berupa alat elektronik atau lainnya. Hal yang mengerutkan wajah beliau adalah ketika ditunjukkan kepadanya tempat sampah (kering, basah, dan pecahan). Disinilah letak perbedaan pola penyambutan seorang tuan rumah di Negara kita dengan Luar Negeri, ketika ada yang bertamu. Kepala Desa Sanur, mengakhiri pembicaraannya Pak Kades, mengatakan akan menyumbangkan sepuluh tempat sampah ke SMA 6 Denpasar sebagai salah satu sarana-prasarana motivasi bagi SA ini.
Pak Moditha, selaku guru Mata Pelajaran Biologi di SMA 6 dan sekaligus yang mewakili kepala sekolah saat memberikan tanggapan positif tentang apa yang disampaikan oleh Kepala Desa Sanur. Selain itu juga, perwakilan Komite Sekolah dan beberapa Dewan Guru yang hadir juga memberikan tanggapannya. Acara diakhiri dengan makan bareng bersama segenap undangan dan pemateri yang menghadiri acara ini.
(j4kf4r, dkk_Pemangangan UMM’10)

Senin, 25 Januari 2010

JANGAN TINGKALKAN AKU

Masih hangat dalam ingatan-Ku, ketika penolakan itu terjadi. Tapi, Aku yakin suatu saat akan bisa bersama bila begitu yang tertuliskan di Lauhil mahfud. Pekan terakhir harapan itu Aku simpan, tanpa Ku sadari, ternyata kebersamaan dalam Tim itu menumbuhkan benih yang tumbuh dari sanubari yang paling dalam (insya Allah), karena yang tahu kepastiannya adalah Engkau Sang Pemilik Hati semua insan di bumi.

Aku tak percaya malam itu datang, serasa jantungku tersasa lepas ketika ku dengan bisikan seorang anak manusia yang mencoba jujur mentuturkan isi hatinya kepada Ku. Aku juga tak bisa membohongi rasa yang selama ini Ku simpan dan Ku jaga.

Pekan pertama Ku menjalani kelanjutan dari lu\ove histori. Aku merasakan terjadinya gejolak jiwa dan logis-Ku. Pikiran dan perasaan Ku selalu membawa-Ku dalam perdebatan seputar cinta yang baru saja Ku dapatkan. Aku tak tahu bagimana? seolah Aku tak mampu mengendalikan keduanya, karena banyaknya bisikan yang saling berjawab.

Bulan pertama,aku merasakan adanya sebuah toleransi diri yang terjadi dalam diri-Ku....
mau tahu bagaimana kelanjutan kisahnya? Ikuti terus kisah perjalanan hidup seorang hamba Allah yang senantiasa memohon pertolongan dan menengadahkan tangannya hanya pada Sang Pemiliki Alam Semesta ini.

Minggu, 24 Januari 2010

CINTA BERMIMPI

Sahabat, tak terasa umur kita semakin bertambah dan itu artinya kita semakin dekat dengan umur kita yang sebenarnya. Sahabat FB, pasti pernah nonton yang namanya Film dg Mira Lesmana sebagai produsernya (SANG PEMIMPI). Berbicara masalah film, maka kita juga secara tidak langsung akan berbicara bagaimana penonton berasumsi tentang film itu (sebuah variasi presepsi).

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi (http://id.wikipedia.org). Kalau penulis bisa memberikan pendapatnya, persepsi adalah suatu penilaian mendasar yang biasa diberikan seseorang ketika melihat, membaca, merasakan sesuatu yang sedang dia lakukan, salah satunya nonton film.

Sang Pemimpi menceritakan bagaimana usaha dan tekad seorang anak yang mempunyai mimpi untuk bisa ke Luar Negeri, tapi karena keadaan ekonomi orang tua yang tidak mecukupi. Maka mimpi yang besar itulah, yang memotivasi andrenalin setiap manusia yang normal. Begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari menonton film ini.

Film tersebut, diangkat dari sebuah novel karangan Andre Hirata, begitu besar peran Mira & Andrea dalam film ini. Sehingga, filmnya dapat dinikmati oleh masyarakat di seluruh penjuru tanah air (kita harus memutar filmnya di pedesaan juga). Belajar dari pengalaman KKN-T Kelompok 35 di Madiun kemarin, gimana kita memutarkan film Denias dan Laskar Pelangi untuk masyarakat Desa Gemarang, antusia mereka begitu besar sekali, karena yang hadir saat itu mulai dari anak-anak Playgroup, SD, segenap guru-guru dan orang tua siswa.

Film ini, memberikan suatu kesan mendalam dalam diri saya pribadi, karena saya pun juga punyak mimpi. Sahabat, berbicara masalah mimpi, kita jangan pernah berharap dan berpikir bahwa semua orang akan mendukung untuk terwujudnya mimpi itu. Tapi sahabat, yakinlah dengan apa yang terdtik di hati Anda. Allah itu mengabulkan apa yang terdetik di hati kita, buka yang kita pikirkan lho....untuk itu, aku pun akan selalu bermimpi dan mempersiapkan strategi dan koneksi yang sekiranya bisa membantu segala hal yang dibutuhkan, untuk teman-teman HAMKA dan IMAKA Kangean. Mari kita wujudkan mimpi untuk menjadikan Kangean sebagai Kepulauan Adiwiyata yang akan menjadi pelopori bagi pulau lain yang ada di Indonesia, amien...Bagi pembaca yang budiman, kalau boleh meminta kritik dan sarannya, silahkan jakfar selalu akan menerima demi kebaikan tulisan berikutnya. (Tetap Menulis n Berkarya ya....)

Kamis, 17 Desember 2009

KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP (MATERI IPA-BIOLOGI KELAS VII)

Disampaikan pada PPL-FKIP-UMM di SMP Negeri 13 Malang

Makhluk hidup di muka bumi ini, beragam bentuk, ukuran, kelengkapan organ tubuh, kebiasaan hidup, habitat (tempat hidup), dan tingkah kalunya. Makhluk hidup dikelompokkan berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-ciri atau sifat yang dimilikinya. Makhluk hidup yang memiliki sifat atau ciri yang sama dikelompokkan ke dalam satu golongan tertentu.
Taksonomi merupakan cabang ilmu hayat (Biologi) yang mempelajari tentang penggolongan makhluk hidup. Orang yang pertama meletakkan dasar-dasar sistematika adalah Carolus Linnaeus (tahun 1707-1778). Sehingga, dikenal dengan nama Bapak Taksonomi (Sistematika). Beliau menyatakan bahwak , organisme (makhluk hidup) yang memiliki persamaan paling banyak digolongkan dalam spesies yang sama (takson). Spesies (jenis) merupakan unit dasar dalam klasifikasi Linnaeus. Organisme yang berada dalam satu spesies dapat melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan yang fertile (dapat mengahasilkan keturunan juga) untuk mempertahankan keturunannya.

Tahapan-tahapan dalam Pengklasifikasi Makhluk Hidup
Adapun tahapan-tahapan dalam pengelompokan makhluk hidup, seperti di bawah ini.
1.Pencandraan (identifikasi) sifat-sifat atau ciri-ciri makhluk hidup, misalnya
perbedaan ciri dalam hal tingkah laku,kromosom, morfologi, anaomi, dan fifiologi.
2.Pengelompokan berdasarkan cirri yang diamati.
3.Pemberian nama dengan Binomial Nomenclatur (sistem tata nama ganda).

3 Macam Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup
Ada tiga jenis sistem klasifikasi makhluk hidup, yaitu :
1.Sistem alami, adalah suatu cara pengelompokan organisme berdasarkan banyaknya
persamaan ciri morfologi yang dimiliki (Dianut oleh : Aristoteles, 384-322 SM; dan
Theophrastus, 370-285 SM);
2.Sistem buatan (artificial), adalah suatu pengelomppkan yang didasarkan atas adanya
satu/sedikit persamaan cirri morfologi alat reproduksi, lingkungan tempat tumbuh,
dan daerah penyebarannya tanpa memperhatikan kesamaan struktur yang mungkin
memperlihatkan hubungan kekerabatan (Dianut oleh : John Ray, 1625-1705).
3.Sistem filogenik, adalah pengelompokan yang didasarkan pada jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antar takson (kelompok) yang terbentuk dari pengklasifikasian yang satu
dengan yang lainnya serta sekaligus mencerminkan perkembangan makhluk hidup.Pada
dasarnya sistem klasifikasi ini, disusun berdasarkan persamaan fenotipe (sifat/ciri
yang tertutupi), fungsi tubuh (faali), tingkah laku yang diamati dan pewarisan
keturunan yang mengacu pada hubungan evolusioner dari nenek moyang hingga saat ini
(Riandari,2003).

Urutan Tingkatan (takson) dalam Klasifikasi
HEWAN / TUMBUHAN
Kingdom/Plantae
Fillum/Devisio
Class/Class
Subclass/Subclass
Ordo/Ordo
Familia/Familia
Genus/Familia
Spesies/Spesies


Aturan Penggunaan Sistem Penamaan
Aturan penggunaan sistem penamaan yang dikenal sebagai sistem binomial nomenclature (sistem tata nama ganda) yang sah dan benar berdasarkan kode internasional, memiliki aturan sebagai berikut :
1.Nama organisme ditulis dalam bahasa latin;
2.Setiap nama ditulis dengan dua suku kata;
3.Kata pertama menunjukkan genus, sedangkan suku kata kedua menunjukkan spesies;
4.Suku kata pertama diawali dengan huruf besar, dan suku kata kedua huruf kecil,
kemudia digaris bawah atau ditulis miring;
5.Apanila ada varietas, ditulis pada suku kata ketiga (nama penemu); dan
Contoh sistem penamaan, yaitu Oryza sativa
(padi), dan Solanum lycopersicum L.

Adapun kelemahan dari sistem ini, adalah identifikasi sukar dilakukan, pengelompokan organisme yang “asing” sulit dilakukan, dan kedudukan dalam klasifikasi tidak stabil (Riandari,2003). Makhluk hidup diberi nama sesuia dengan bahasa Negara atau daerah masing-masing, contohnya nama buah anggur di Inggris disebut grape, nama seperti ini berdasarkan pada nama umum atau nama daerhan yang hanya dimengerti oleh orang yang hidup di daerah tertentu, sedangkan orang daerah lain mungkin tidak mengenalnya. Nama daerah tidak digunakan dalam buku-buku atau laporan ilmiah.
Untuk keperluan ilmu pengetahuan, makhluk hidup perlu diberi nama ilmiah. Pemberian nama pada makhluk hidup diatur dalam Kode Internasional Tata Nama, yaitu Binomial Nomenclatur (tata nama ganda). Menurut cara ini, nama jenis makhluk hidup terdiri dari dua kata dalam bahasa Latin. Untuk memudahkan pengelompokan makhluk hidup, diperlukan alat bantu yang berupa kunci determinasi sederhana (Riandari,2003)..

Tujuan Klasifikasi Makhluk Hidup
Adapun tujuan dari klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah mengamati, membandingkan, mengenali, dan mempelajari makhluk hidup yang sangat banyak (beragam), untuk kemudian dapat digunakan dan dilestarikan (Riandari,2003).

Pengklasifikasian Makhluk Hidup
1.Pengklasifikasian Secara Sederhana
Secara sederhana makhluk hidup dapat dikelompokkan berdasarkan habitat, jenis
makanan, dan manfaat atau kegunaannya, Di bawah ini contoh pengelompokan hewan dan
juga tumbuhan.
Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan habitatnya, yaitu :
1.Kelompok xerofit, adalah tumbuhan yang
hidup di lingkungan yang kering;
2.Kelompok hidrofil, adalah tumbuhan yang
hidup di lingkungan air; dan
3.Kelompok higrofil, adalah tumbuhan yang
hidup di lingkungan yang lembap.

Contoh pengelompokan hewan berdasarkan jenis makanannya, antara lain :
a.Kelompok herbivora, yaitu hewan pemakan
rumput
b.Kelompok karnivora, yaitu hewan pemakan
daging; dan
c.Kelompok omnivora, yaitu hewan pemakan
tumbuhan dan daging.

Berdasarkan kegunaannya (manfaatnya), tumbuhan juga dapat dikelompokkan pada tumbuhan sandang, pangan, dan obat-obatan. (Kusmayadi, 2004).


2.Pengklasifikasian Menurut Carolus Linnaeus

Carolus Linnaeus menyusun klasifikasi makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur tubuh (bentuk dan susunan tubuh) organisme. Menurut Carolus Linnaeus, makhluk hidup dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu dunia tumbuhan dan dunia hewan (Kusmayadi, 2004).


3.Pengklasifikasian Menurut Robert H. Whittaker

Pada tahun 1969, Robert H. Whittaker menyusun klasifikasi berdasarkan tingkatan organisme susunan sel, dan cara pemenuhan makanannya. Beliau mengelompokkan makhluk hidup dalam lima kingdom, yaitu :

a.Kingdom Monera
Ciri umum kerajaan ini, adalah tidak memiliki membran inti (prokariota), tetapi memiliki bahan inti, biasanya bersel satu dengan bagian-bagian inti yang tersebar di dalam protoplasma. Contohnya yaitu Bakteri dan Ganggang Hijau-Biru (Cyanophyta);

b.Kingdom Protista

Ciri umum kerajaan ini, adalah memiliki membran inti (eukariota), dan umumnya bersel satu. Contohnya, yaitu Protozoa (tidak memiliki klorofil), Ganggang (memiliki klorofil), dan Protista Jamur;

c.Kingdom Fungi
Ciri umum kerajaan ini, adalah memiliki membran ini (eukariota), berdinding sel, dinding terdiri dari zat kitin, dinding sel tidak berklorofil, dapat menguraikan zat organik untuk makanannya, tubuhnya ada yang bersel satu dan ada yang bersel banyak. Semua jenis jamur termasuk Kingdom Fungi;

d.Kingdom Plantae
Ciri dari kerajaan ini, adalah bersel banyak (multisellular), memiliki membrane sel (eukariota), dinding sel tersusun dari selulosa, berklorofil, umumnya memiliki akar, batang, dan daun kecuali lumut yang memiliki akar semu (Rhizoid). Organisme yang tergolong plantae ini, yaitu lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), dan tumbuhan biji (Spermatophyta) yang dibagi lagi menjadi tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yang dibagi menjadi monokotil-dikotil, dan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae).

e.Kingdom Animalia

Ciri umum kerjaan ini, adalah bersel banyak (multiselluler), memiliki membrane inti (eukariota), tidak memiliki dinding sel, tidak berklorofil, heterotrof (tidak dapat membuat makanan sendiri), dan mampu berpindah tempat secara aktif, dan memiliki sistem syaraf. Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, maka kelompok kejaan ini dibagi menjadi Vertebrata (hewan bertulang belakang) dibagi lagi menjadi kelompok Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, Mammalia, dan Avertebrata (hewan tidak bertulang belakang) dibagi lagi menjadi Kelompok Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, arthropoda, Mollusca, dan Echinodermata.

3. UPAYA PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

Kerusakan lingkungan hidup terjadi secara alami dan buatan. Beberapa tindakan manusia yang dapat menimbulkan terjadinya pengrusakan keanekaragaman makhluk hidup dan sumber keanekaragaman hayati dianataranya; perusakan hutan, penggunaan pestisida, dan perburuan liar.

Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman makhluk hidup seperti memelihara kelestarian hutan dengan cara reboisasi, melakukan tebang pilih, dan menghindari kebakaran hutan; menetapkan daerah perlindungan alam, seperti taman hutan raya dan hutan wisata, cagar alam, taman nasional; merehabilitasi satwa langka yang dipelihara perorangan; penangkaran satwa dan tumbuhan yang hampir punah.

Sabtu, 12 Desember 2009

DELIMA SEORANG GURU

Oleh : * Muhammad Jakfar Sadiq
E-mali : j4kf4r_k4ng34n@yahoo.co.id


Guru dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa, benarkah? Berbicara jasa seorang guru, sangat besar sekali, Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Pengusaha semua adalah hasil olahan seorang guru. Tapi, belajar tidak harus dari guru dan begitu juga mengajarkan tidak harus menjadi guru dulu, karena beragam variasi hidup akan menjadi pelengkap bumbu kehidupan yang dijalanin kita setiap hari.

Seiring perkembangan zaman. Guru akhirnya disamakan jabatannya dengan profesi lain yang professional, sehingga title profesinal diberikan melalui jembatan sertifikasi yang tak sedikit didapatkan dengan cara yang tidak baik, namun bagi guru sebagai pendidik, bukan pengajar, tauladan haruslah memberikan contoh yang baik, untuk dapat dijadikan panutan oleh anak didiknya, sehingga tidak meninggalkan kesesatan yang dapat menjerumuskannya dalam jurang kegelapan/

Guru begitu mulia tugasmu, namun banyak siswa-siswa yang tersesat dan bahkan bingung harus melangkahkan kakinya kemana? Masalah ini, jangan semata-mata, karena kesalahan peserta didik, namun intropeksi bersama, baik guru maupun siswa itu sendiri. Evaluasi sebagai alat untuk menemukan solusi bersama demi kebaikan tindak lanjutnya.

Fenome UAN yang menjadi misteri dan pengalaman pahit bagi mayoritas anak didik bangsa ini, perlu diberikan in-put, sehingga tidak lagi mengubur potensi anak negeri ini, untuk dapat berkembang, maju, dan siap menggantikan para petinggi bangsa yang merasa aman, nyaman, dan tidak pernah rela untuk jabatannya digantikan oleh putra-putrinya.

Guru bukanlah sebuah profesi tidak jelas, yang dijadikan sebagai media untuk menghidupi keluarga, namun lebih jauh dan luas jika harus guru diberikan makna. Sekali lagi, guru adalah pejuang sejati yang harus menetapkan visi misi, untuk memproduksi anak bangsa yang berakhlaq mulia, berprinsip, dan teruji secara mental.

Penulis sangat terkesan sekali dengan salah satu guru SD-nya, yang begitu baik, sopan, dan rela meluangkan waktunya untuk sering duduk bersama mendiskusikan tentang keluarganya. Hal semacam ini, jarang guru lakukan karena tidak jarang guru memandang jabatannya sebagai suatu profesi tinggi, layaknya bumi dan langit jika harus diperbandingkan.

Apa yang diberikan oleh guru akan difilter siswa, sehingga getah karet itu akan melekat dalam pikirannya, yang nantinya akan menjadi sebagaian pembentuk pribadi mereka. Generasi saat sekarang ini, harus diwaspadai dimana siswa begitu bandel, namun dibalik cahaya kecerdasan mereka mampu mengalahkan sinar mentari, namun tak berguna sama sekali jikia tidak diberikan cover akhlaq yang akan membimbing jalan hidup mereka sampai pada detik kehidupan terakhirnya.

Tips bagi guru; hormati mereka, jangan runtuhkan mentalnya, libatkan saat mengambil keputusan, dengarkan apa yang mereka bicarakan, adil dan perbanyak komunikasi, buat suasanan enjoy dan santai, control power, kata-kata, dan kejelasan saat menerangkan, serta jangan pernah menyerah. Guru yang baik, mampu menjadi pendidik, pembimbing, dan taulan bagi siswanya.


*Penulis : Mahasiswa Jur. Pend. Biologi – FKIP - UMM