Kamis, 04 Maret 2010

TANAH PASUNDAN DI BALI

Ternyata masyarakat Sunda juga eksis di Bali. Setiap masyarakat selama hidup dan perkembangannya selalu mengalami perubahan, baik dari segi nilai-nilai sosial, pola-pola kelakuan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya. Demikian halnya dengan masyarakat Sunda, yang sepanjang perjalanan sejarahnya dari dulu hingga sekarang mengalami berbagai perubahan. Salah satu akar kehidupan orang Sunda yang tampaknya dianggap tidak pernah mengalami perubahan ialah pandangan hidupnya.

Pandangan hidup bagi orang Sunda adalah “konsep yang dimiliki seseorang atau golongan dalam suatu masyarakat yang bermaksud menanggapi dan menerangkan segala masalah hidup di dalam dunia ini”. Sedangkan pengertian orang Sunda dapat diartikan, mereka yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orang Sunda. Orang lain itu, baik orang-orang Sunda sendiri maupun orang-orang yang bukan Sunda (Warnaen, dalam Suryani, 1988).

Pamanahan Mini Karnival bentuk kegiatan Paguyuban Mahasiswa Tanah Pasundan di Bali, yang merupakan agenda dari program kerja Pamanahan Periode 2008-2009 yang diselenggarakan Sabtu, 13 Februari 2010 kemarin bertempat di Panggung Terbuka Ksirarnawa, Art Center Denpasar.

Rundown Pamanahan Mini Carnival ini, berlangsung dari pukul 17:00 sampai 22:30 (WITA). Dengan menghadirkan Kang Acil Bimbo sebagai Bintang Tamu. Pembawa acara Kang Galung, Bunda Sonia, dan Kang Ihsan. Pejabat disambut dengan penampilan Tari Merak yang dibawakan oleh SMAN 2 Denpasar dan Bima, dilanjutkan dengan menampilkan Band Daerah (IMAPA, IMSU, PAMANAHAN, dan RAJUT). Selanjutnya penyerahan potongan tumpeng kepada pejabat. Pembacaan Babad Siliwangi diiringi obor perwakilan Paguyuban Sunda di Bali, karaoke lagu Sundas, dan Kesenian Daerah Sunda juga ditampilkan dalam acara ini.

Kolaborasi Tari Nusantara yaitu Tari Perang (IMAPALA), Tari Tor-Tor Hatasopisik (IMSU), Tari Piring (Sanggar Rantiang Jati IKMS), Tari Taman Sari (SMAN 2 Denpasar), dan Tari Jaipong Bajidor Kahot (Teh Puri) mengisi hiburan acara ini. Sedangkan, bagi penonton yang merasa lapar tidak perlu khawatir, karena di samping panggung sudah disediakan Bazzar Kuliner Sunda,cukup dengan membeli kupon seharga Rp. 5.000; di stand pembelian sudah bisa menikmati jajanan yang dijual masyarakat Sunda.
Senang sekali menyaksikan penampilan Kolaborasi Tari Nusantara dari Sunda, Papua, Bali, Batak, dan Minang. Serasa berkunjung kelima Suku tersebut. Pengalaman baik, yang ditampilkan oleh masyarakat Sunda yang hadir dan mengisi acara ini, menjadi pengetahuan baru bagi penulis.

Terselenggaranya Pamanahan Mini Karnival ini, memperjelas solitnya komunikasi orang-orang Sunda yang merantau di Bali. Hal ini, menjadi bukti nyata eratnya pegangan masyarakat Sunda pada Pandangan Hidup yang menjadi prisipnya.
*Penulis : Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi-FKIP-UMM
(Tim Pemagangan UMM di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Bali)