Kamis, 28 Januari 2010

PERSIAPKAN PENILAIAN SEKOLAH ADIWIYATA (SA) LEBIH DINI

Sekolah Menengah Atas (SMA) 6 Denpasar masuk sebagai calon Sekolah Adiwiyata sejak tahun 2009 kemarin. Untuk bisa menjadi sekolah Adiwiyata yang mendapatkan restu Menteri Lingkungan Hidup, maka beberapa rentetan persiapan harus dilakukan. Salah satu kegiatan yang baru saja dilaksanakan, 19 Januari Ruang 3 IPA XI SMA 6 Denpasar yang menghadirkan BPL, PPLH Sanur-Denpasar, dan Kepala Desa Sanur sebagai pemateri dan dihadiri oleh Komite Sekolah dan segenap Dewan Guru.
Empar Norma Dasar SA, yang berupa visi-misi sekolah, kebijakan kurikulum sekolah, partisipasi komponen masyarakat, dan kebijakan tentang sarana-prasarana sekolah yang semuanya itu, harus dapat berpartisipan dan Sekolah Adiwiyata ini berkelanjutan, artinya tidak dapat diwujudkan dengan bim-salabib (aba-kadabra). Namun, dibutuhkan komitmen, kerja keras, dan koneksi yang baik antar keempat norma dasar yang merupakan syarat untuk dapat mewujudkan impian Sekolah Adiwiyata tersebut demikian tegas Bu Catur Direktur PPLH Sanur-Denpasar-Bali pada saat mengisi acara ini.
Catur melanjutkan isi materinya, bahwa sekolah sendiri sebagai lembaga pemegang kendali atas pelaksanaan SA ini, harus membentuk kepanitiaan, meliputi panitia persiapan profil sekolah, persiapan kurikulum, persiapan Sumber Daya Manusia (SDA) sekolah, dan persiapan sarana-prasarana, namun semua itu tidak pernah terlepas dari koneksi yang akan membangun pondasi kerja sama yang kokoh. Sehingga, warga yang dipegang penuh oleh Kepala Sekolah juga dilibatkan untuk bersama mewujudkan mimpi indah ini.
Kehadiran PPLH pada kegiatan ini adalah sebagai fasilitator atau jembatan penghubung ide dan implementasi SA. SA bukan hanya sekedar perlombaan, yang memperhatikan luasnya lahan dan kesuburan vegetasi (tumbuhan) yang ditanam. Tetapi, lebih ke sikap dan perilaku pelajar (peserta didik/siswa) sebagai obyek yang menimbah ilmu di SA ini, mampu mengaplikasikan impian SA dalam dunia nyata. Sehingga, kerusakan yang terjadi pada lingkungan tempat kita menghirup udara, bercocok tanam, minum air, dan aktivitas keseharian lainnya bisa tetap eksis kalaupun terjadi kendala. Bagaimana kendala yang ada, dapat diminimalisir yang pada tahapnya nanti bisa terhapuskan (hilang) berubah menjadi pelita hidup yang memberikan aura baru bagi kehidupan Nusantara khususnya Sanur dan Indonesia pada umumnya.
Kepala Desa-Sanur-Denpasar yang juga hadir dalam acara ini. Menceritakan bagaimana saat beliau berkunjung ke luar negeri dan mencoba melihat fenomena yang ditemukan di Sanur khususnya, yaitu tentang bagaimana ketika beliau diajak oleh seorang asing untuk mampir ke rumahnya. Ternyata sesampainya di rumah si orang Asing tersebut. Beliau tidak disuguhkan secangkir teh, kopi, sirup (drink). Tapi, malah ditunjukkan bagian dan segala fasilitas yang ada di rumah si Asing lengkap dengan cara penggunaannya, bila itu berupa alat elektronik atau lainnya. Hal yang mengerutkan wajah beliau adalah ketika ditunjukkan kepadanya tempat sampah (kering, basah, dan pecahan). Disinilah letak perbedaan pola penyambutan seorang tuan rumah di Negara kita dengan Luar Negeri, ketika ada yang bertamu. Kepala Desa Sanur, mengakhiri pembicaraannya Pak Kades, mengatakan akan menyumbangkan sepuluh tempat sampah ke SMA 6 Denpasar sebagai salah satu sarana-prasarana motivasi bagi SA ini.
Pak Moditha, selaku guru Mata Pelajaran Biologi di SMA 6 dan sekaligus yang mewakili kepala sekolah saat memberikan tanggapan positif tentang apa yang disampaikan oleh Kepala Desa Sanur. Selain itu juga, perwakilan Komite Sekolah dan beberapa Dewan Guru yang hadir juga memberikan tanggapannya. Acara diakhiri dengan makan bareng bersama segenap undangan dan pemateri yang menghadiri acara ini.
(j4kf4r, dkk_Pemangangan UMM’10)

0 komentar: